Sejarah Lahirnya (Perkembangan) Sosiologi di Eropa dan Indonesia.
A. Perkembangan Sosiologi Di Eropa
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur
relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali
diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai
bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang
pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan
dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap
metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan
klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini
merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic
Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui
tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah
dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan
tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya
dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun
1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia
merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data
tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia
menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun
1890-an. The American Journal of Sociology memulai publikasinya
pada tahun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang bernama
American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah
menciptakan masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk
mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk
kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal
of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah,
tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan
industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903
berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data
faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari kerja
yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi
artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan
ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka
mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan
mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial
yang baik.
Bapak Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology) yang
sampai kini pikirannya masih dipakai dalam teori sosiologi, yaitu Auguste
Comte, Karl Marx, Max Weber, dan Emile Durkheim. Pandangan mereka telah memberi
stimulan diskusi panjang tentang pelbagai persoalan terkait dgn kehidupan
ekonomi, politik, dan kebudayaan. Pandangan mereka juga digunakan dalam
disiplin ilmu social lain seperti ilmu politik, ekonomi, antropologi, dan
sejarah.
B. Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di
Indonesia sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu
pula para pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan
oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara
para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda,
banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antar
golongan (intergroup relations).
Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia,
memberikan sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep
kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di praktikkan
dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan
belanda yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti Snouck
Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam karya mereka
tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya yang dikupas secara ilmiah tetapi
kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non sosiologis dan tidak sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu dianggap sebagai
Ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain Sosiologi
ketika itu belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan
dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya.
Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Perang Dunia ke dua
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta. Inipun
kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu Hukum. Sosiologi
yang dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan Teoritis,
berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens de Haan,
Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum
tersebut malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab menyusun
daftar kuliah berpendapat bahwa pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat
beserta proses-proses yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran
hukum.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang
sarjana Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member
kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia
menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM . Beliau memberika kuliah dalam
bahasa Indonesai ini merupakan suatu yang baru, karena sebelum perang dunia ke
dua semua perguruan tinggi diberikan da;am bahasa Belanda. Pada Akademi Ilmu
Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam
Jurusan Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri dan publisistik.
Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan kepara para
mahasiswa dan sarjana untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950, mulailah
ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam pengetahuan tentang sosiologi.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik.
Buku tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo, memuat
tentang beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang teoritis dan bersifat
sebagai Filsafat.
Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi Untuk
Masyarakat Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama yang
berbahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan
terjemahan buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer dan
Sociologie, bergrippen en problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu
en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya
Mayor Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja
Belanda, yang telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua
pada universitas Leiden di Belanda. Beliau juga menulis buku berjudul Pengantar
Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan politik terbit pada tahun 1967. Penulis
lainnya Selo Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta pada tahun
1962. Selo Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun bagian-bagian
terpenting dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang
disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum dalam buku
Setangkai Bunga Sosiologi terbit tahun 1964.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas
Sosial dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada
Universitas yang mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun
telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan Politik UGM, UI
dan UNPAD.
Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesia belum mendapat tempat yang
sewajarnya, oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative
mutlak, sementara sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang berlaku
mutlak disebkan masing-masing manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat
Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku.
istimewa
ReplyDeletethx .. sangat membantu!!
ReplyDeleteIni sangat membantu tapi, Kurang singkat, terlalu banyak.
ReplyDeleteemang sengaja dibanyakin bro hehe. terimakasih komen+kunjungannya~
Deletesama-sama~
ReplyDeleteIJIN COPAS YA :)
ReplyDeleteSertakan sumber!
DeleteSangat membantu... terima kasih! aku ijin copas... tapi udah aku beri sumbernya kok! terima kasih!!
ReplyDeleteMakasih banget broh
ReplyDeletesangat membantu
nyatet buku smpai hbis nih pnjang amat
ReplyDelete