Ki Hadjar Dewantara


            Ki Hadjar Dewantara dilahirkan pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Sorjaningrat.Ia adalah satu dari sekian cucu Sri Paku Alam III di Yogyakarta.Ki Hadjar Dewantara aktif sebagai pendukung organisasi Boedi Oetomo,kemudian keluar dari organisasi tersebut dan ikut dalam Sarekat Islam,tetapi di organisasi ini Ki Hadjar merasa kurang mantap,kemudian membentuk organisasi baru yaitu Indiche Partij.
            Soewardi disekolahkan pada Sekolah Dasar Belanda III di Kampung Bintaran Yogyakarta dan tamat tahun 1904.Ia melanjutkan ke sekolah guru (Kweekschool) tetapi tidak sampai tamat.Pada tahun 1905-1910 ia masuk STOVIA.Pendidikan formal yang diterima ternyata bukanlah sebagai faktor pendukung bagi keberhasilannya,melainkan keahlian di bidang jurnalistik untuk turut mengembangkan cita-citanya yang suka berpolitik itu.
            Melalui media De Express,Ki Hadjar mengkritik,memprotes bahkan menentang dengan tegas sikap Pemerintah Belanda yang akan mengadakan perayaan 100 tahun kemerdekaan Negeri Belanda di Indonesia.Tulisan Ki Hadjar membawa dampak negatif sehingga menimbulkan perang pena.Tulisan Ki Hadjar mendapat reaksi dari H.Mulder dengan karya tulisnya yang berjudul,
”Seandainya saya seorang Boemi Poetra.”
            Dampak dari tulisan tersebut,Ki Hadjar diasingkan pemerintah ke Negeri Belanda.Dalam situasi seperti ini pun Ki Hadjar masih memiliki semangat,ia menulis surat di kapal Bulow yang diberi judul “Peringatan dan Perampasan Kemerdekaan.”Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya (Seandainya saya seorang Boemi Poetra).Isi surat tersebut mengajak bangsa Indonesia agar jangan ada yang turut mengikuti perayaan yang akan dilaksanakan sertanmenyadarkan bangsa Indonesia supaya mengutamakan warna Indonesia dalam berucap dan bertindak.
            Selama di Negeri Belanda Ki Hadjar banyak melakukan kegiatan-kegiatan dan memanfaatkan waktu yang cukup panjang untuk menambah pangetahuan di berbagai disiplin ilmu,tidak terkecuali bakat seni dramanya yang diperoleh dari ahli seni drama bernama Herman Kloppers.Folkus perhatian Ki Hadjar di samping masalah-masalah politik juga diarahkan kepada masalah perkembangan pendidikan,karena itu ia banyak melakukan pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh pendidikan di luar negeri seperti J.J Rousseau,Dr.Foebei,Dr.Montessori, Rabridranat Tagore,Joh Dewey,dan Kerschensteiner.
            Salah satu cara Ki Hadjar menyampaikan cita-cita dan pemikirannya tentang nasib bangsanya adalah melalui keahliannya di bidang jurnalistik,karena itu tidak heran jikalau ia hendak menetang atau menolak sikap Belanda yang berbuat sewenang-wenang,dan Ki Hadjar melawan dengan tulisannya.Apabila hendak mengajukan usul,pendapat atau gagasan yang bersifat memengaruhi, mengajak bahkan agar sekedar diketahui masyarakat luas,Ki Hadjar selalu menggunakan mata penanya.
            Selama berada di Negeri Belanda  Ki Hadjar banyak mengalami perubahan pola pemikiran.Pengalaman selama di Negeri Belanda membawa peralihan akan cita-cita,maksud dan tujuan hidupnya selama ini;artinya untuk memperjuangkan hak dan martabat bangsa Indonesia bukan saja melalui gencarnya ia menulis. Kemerdekaan Nusa dan Bangsa mengejar keselamatan dan kebahagiaan tidak hanya dicapai melalui jalan politik,tetapi juga dapat dalam dunia pendidikan.
            Hal ini diperkuat dengan munculnya politik etis dari pemerintahan Belanda dan didukung pula akan ketertarikan Ki Hadjar akan metode Frobel dan Montessori,yaitu 2 tokoh pendidikan bangsa asing.Kedua tokoh ini memberi gambaran bagaimana cara-cara mendidik anak supaya berhasil.Hal ini semakin memacu dirinya.Pendidikan adalah salah satu unsur dari kebudayaan.Menurut Ki Hadjar pendidikan adalah persemian segala benih kebudayaan hidup dalam masyarakat. Untuk mencapai hal inilah Ki Hadjar berhasrat mendirikan perguruan di Indonesia setelah ia kembali dari pengasingannya.
            Pada awal September 1919 Ki Hadjar pulang ke Indonesia dengan cita-cita ingin mendirikan sekolah.Namun keinginannya baru terwujud pada 3 Juli 1892. Nama perguruan yang dimaksud adalah Taman Siswa,didirikan pertama sekali di Yogyakarta.
            Cara yang ditempuh Ki Hadjar untuk mendapatkan keberhasilan di dunia pendidikan adalah cara “kekeluargaan”,artinya disiplin dan ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswa disampaikan dengan cara bagaimana seorang ayah/ibu mengasihi anaknya sendiri.Ki Hadjar menerapkan metode “among”
(Tut Wuri Handayani) yang sekaligus juga sebagai alatuntuk mencapai Tri Pusat di Perguruan Taman Siswa.Metode dan sistem ini yang menyebabkan Ki Hadjar dikenal sebagai “Bapak Pendidikan Nasional”.
            Keberhasilan-keberhasilan ini terus berkembang pesat.Hal ini terbukti dengan dibukanya cabang-cabang Perguruan Taman Siswa di berbagai daerah di Indonesia.Keluarga besar Perguruan Taman Siswa ini melakukan kongresnya yang pertama pada 6-13 Agustus 1930 dengan jumlah cabang sebanyak 60 buah.
            Dalam masa pendudukan Jepang,Ki Hadjar menjadi salah satu tokoh dalam Poetera.Ia juga menjadi anggota Tjhuo Sangi-In.Ketika BPUPKI dibentuk,
Ki Hadjar Dewantara menjadi salah satu anggota badan tsb.Ki Hadjar juga menjadi anggota tambahan pada PPKI.
            Dimasa hidupnya ia pernah menjabat sebagai menteri pengajaran dalam Kabinet Soekarno-Hatta.Ia juga menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam tahun 1950-an,dan pernah mendapat nominasi sebagai kandidat wakil presiden untuk mengisi jabatan tersebut di permulaan tahun 1950-an.Pada 26 April 1959 ia meninggal dunia dengan tenang.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Dari 10 Konsep Geografi

Foto-foto imut+lucu member SUPER JUNIOR !!

Sejarah Lahirnya (Perkembangan) Sosiologi di Eropa dan Indonesia.

Kamus Bahasa Korea

Naskah Drama (4 Perempuan, 2 Laki-Laki)