Analisis Drama The Sandbox Karangan Edward Albee Berdasarkan Pendekatan Pragmatis


            Ada berbagai teori mengenai pendekatan yang digunakan untuk menganalisis karya sastra yang dikemukakan oleh M.H. Abrams, antara lain pendekatan objektif, ekspresif, mimetis, dan pragmatis. Namun yang akan saya gunakan disini untuk menganalisis drama The Sandbox yang dikarang oleh Edward Albee adalah pendekatan pragmatis.
            Alasan saya memilih pendekatan pragmatis untuk membantu saya menganalisis karya sastra tersebut adalah karena karya sastra sendiri tidak akan memiliki arti tanpa adanya pembaca. Karena salah satu tujuan karya sastra ditulis oleh pengarangnya adalah untuk dibaca, dan hal tersebut tentu dilakukan oleh pembaca.
            Pendekatan Pragmatis adalah pendekatan yang berdasarkan pada hubungan sebuah karya sastra dengan pembaca. Misalnya bagaimana pengaruh yang diberikan dari karya sastra tersebut kepada pembaca ataupun respon yang diberikan pembaca terhadap karya sastra tersebut. Apa yang ditulis oleh pengarang belum tentu sama dengan pendapat pembaca. Hal itu dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya mungkin karena perbedaan persepsi yang didapat ataupun latar belakang atau lingkungan sosial yang berbeda.
            The Sandbox karangan Edward Albee ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami, namun membutuhkan pemahaman bahkan imajinasi yang kuat bagi pembaca untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya. Tentu hal ini dikarenakan karena kita hanya sebagai pembaca, bukan sebagai penonton yang melihatnya secara langsung.
            Albee sebagai pengarang ingin menyampaikan tentang kejadian yang terjadi disekitarnya kepada pembaca. Selain sekedar bercerita, pengarang tentu juga ingin memberikan pesan terhadap pembaca. The sandbox secara tidak langsung menceritakan tentang sifat kedurhakaan anak kepada orangtuanya. Hal ini terlihat dari perlakuan tokoh Mommy (yang merupakan anak dari Grandma) kepada Grandma yang dengan tega memasukkannya ke dalam Sandbox dan bahkan tidak memberi respon apa-apa ke Grandma. Hal ini ditunjukkan dalam dialog antara tokoh Mommy dan Daddy seperti berikut.
Daddy  Where do we put her?
Mommy (with a little laugh) Wherever I say, of course. Let me see…well…all right, over there…in the sandbox. (pause) Well, what are you waiting for, Daddy? … The sandbox! (Together they carry Grandma over to the sandbox and more or less dump her in.)
Grandma  (righting herself to a sitting position; her voice a cross between a baby’s laugh and cry)  Ahhhhhh!  Graaaaa!
Daddy  What do we do now?
Mommy  (to the Musician) You can stop now. (the Musician stops.) (Back to Daddy) What do you mean, what do we do now? We go over there and sit down, of course.

Padahal grandma mengurusnya bahkan sampai ketika suaminya meninggal, seperti yang ditunjukkan dalam dialog berikut.
Grandma  (continues to the audience) My husband died when I was thirty, and I had to raise that big cow over there (indicates mommy) all by my lonesome.

Dari kedua bagian dialog tersebut terlihat bahwa betapa durhakanya Mommy kepada Grandma. Dan pengarang tentu ingin menyampaikan kepada pembaca agar tidak berbuat hal yang sama. Selain untuk memberikan berbagai nilai moral, The Sandbox juga menghibur pembaca bahkan penonton apabila ditampilkan dalam bentuk drama sungguhan melalui adegan dimana Mommy memberhentikan musik yang diputar ataupun sebaliknya dengan cara mengisyaratkan perintah untuk berhenti ataupun mulai kepada tokoh The Musician.

            Seperti itulah persepsi yang saya dapatkan sebagai pembaca setelah membaca The Sandbox karangan Edward Albee ini. Dan sekian analisis dari saya terhadap karya sastra tersebut melalui pendekatan pragmatis.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Dari 10 Konsep Geografi

Foto-foto imut+lucu member SUPER JUNIOR !!

Sejarah Lahirnya (Perkembangan) Sosiologi di Eropa dan Indonesia.

Kamus Bahasa Korea

Naskah Drama (4 Perempuan, 2 Laki-Laki)